Masih Adakah Rasa Malu Pemimpin Kita
0
komentar
Membaca berita hari ini, membuat hati rasanya miris
betapa tidak, setiap hari yang diberitakan masalah korupsi, tawuran,
perampokan, perselingkuhan, pembunuhan dan segala bentuk kejahatan lainnya. Apa
memang sipelakunya tidak ada rasa malu dengan perbuatannya itu?, bahkan yang
cukup menyedihkan maaf kemaluannya sendiri dipamerkan lantas dimana lagi menyimpanya
kalau sudah seperti itu?
Seorang pelajar terlibat tawuran dengan bangganya
telah berhasil membunuh teman sesama pelajar. Seorang pejabat dengan bangganya
bisa selingkuh dan dapat mengawini seorang ABG dengan singkat dll.
Dalam
sebuah riwayat Rasulullah bersabda, ''Apabila kamu sudah tidak punya perasaan
malu, maka lakukanlah apa pun yang kamu mau.'' Dari riwayat tersebut Rasulullah
ingin mengajarkan bahwa malu merupakan salah satu prasyarat untuk ketakwaan, dalam
artian ketika ingin melakukan suatu kesalahan atau maksiat dan perasaan malu
ada dalam hati maka keinginan untuk melakukannya menjadi hilang.
Malu yang dimaksud oleh Rasulullah di sini bisa diartikan dua hal. Pertama,
malu kepada Allah, karena setiap perbuatan manusia sekecil apa pun dan detik
per detik tentu tak akan lepas dari muraqabatullah. Ketika Allah membenci
setiap perbuatan maksiat seorang hamba, ketika itulah si hamba harus sadar
bahwa kemurkaan Allah akan didapatkan kalau perbuatan itu terus dilakukan.
Kedua, malu kepada manusia. Ini bukan berarti kita berubah menjadi menuhankan
manusia itu sendiri, tetapi yang dimaksud di sini adalah perasaan malu ketika
manusia lain mengetahui perbuatan tersebut. Sebab, secara manusiawi setiap
orang yang melakukan kesalahan pasti ingin menyembunyikan dari orang lain,
karena hati kecil manusia selalu dan akan selalu mengajak kepada perbuatan baik.
Kalau dikaitkan dengan pilkada
dan pemilu
di Indonesia sekarang, kita sampai kepada kesimpulan bahwa perasaan malu sudah
tidak lagi dipunyai para elite politik. Keinginan untuk memperoleh jabatan dan
kekuasaan mengalahkan bisikan hati nuraninya sendiri. Rasa malu karena
kekalahan dan ejekan pendukung mengalahkan rasa malu kepada Allah yang
menciptakan kekuasan itu sendiri. Berbagai upaya ditempuh untuk sebuah
kebanggaan di dunia walaupun harus melakukan cara-cara tercela seperti manipulasi suara, uang dan manipolitik
lainnya.
Semakin jauhnya harapan rakyat dari realita tidak memberikan kesadaran dan rasa
malu bagi mereka yang gagal mengemban amanah rakyat. Krisis kepercayan kepada Pemimpin sudah cukup parah, lantas
kemana rakyat menggantungkan harapan. Bagi orang yang beriman hanya berharap dengan do’a
kepada sang Pencipta untuk dihadirkan seorang Pemimpin yang berakhlak mulia.
Insyaallah
rakyat harus yakin Pemimpin yang bermoral itu masih ada, selama ada usaha yang
terus menerus dilakukan dan semua itu bisa diawali dari lingkungan rumah kita
sendiri. Janji Allah itu
pasti selama rakyat mau berkomitmen melakukan perubahan pada keluarga
masing-masing buat contoh yang terbaik bagi yang lain.
Jangan berharap terlalu kepada Pemimpin saat ini,
awalnya selalu menjanjikan yang cukup menyilaukan dengan retorikanya ingin
menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN dan money politics justru yang berteriak lantang malah ikut-ikutan menyuburkan
korupsi. Entah ke mana lagi rasa malu yang dipunyai calon pemimpin kita. Kepada
manusia sendiri sudah hilang. Apalagi kepada Allah sebagai tempat
pertanggungjawaban yang mahaadil di akhirat kelak.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai amanah sekaligus teladan kepada rakyat. Kepemimpinan bertujuan membimbing dan mengarahkan rakyat untuk sejahtera dan mengesampingkan kesenangan pribadi dan kolega, siap menderita ketika harus sampai kepada pilihan berbagi kesengsaraan dengan rakyat.
Mungkin masih relevan pesan nurani Bung Hatta, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia, ''Pemimpin yang bisa diandalkan rakyatnya adalah pemimpin yang mempunyai keberanian untuk menderita dan menahan rasa sakit.'' Sudah siapkah pemimpin sekarang untuk mau menderita bersama rakyatnya?. Wallahu a’lam bissawaab.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai amanah sekaligus teladan kepada rakyat. Kepemimpinan bertujuan membimbing dan mengarahkan rakyat untuk sejahtera dan mengesampingkan kesenangan pribadi dan kolega, siap menderita ketika harus sampai kepada pilihan berbagi kesengsaraan dengan rakyat.
Mungkin masih relevan pesan nurani Bung Hatta, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia, ''Pemimpin yang bisa diandalkan rakyatnya adalah pemimpin yang mempunyai keberanian untuk menderita dan menahan rasa sakit.'' Sudah siapkah pemimpin sekarang untuk mau menderita bersama rakyatnya?. Wallahu a’lam bissawaab.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Masih Adakah Rasa Malu Pemimpin Kita
Ditulis oleh ARPAN NEWS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://arpannews.blogspot.com/2013/01/masih-adakah-rasa-malu-pemimpin-kita.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh ARPAN NEWS
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan kalau ada yang mau memberi masukan,komentar yang sopan kami hargai