Begitu Cepatnya Waktu Berlalu
0
komentar
Ketika kuingat kembali, sudah lama nian aku pergi meninggalkan kampung halaman. Teman mainku di kala anak-anak, kini sudah menjadi orang tua anak-anak. Bayi-bayi lucu yang dulu sering kugendong dan kuajak bermain telah beranjak dewasa dan tak kukenali lagi, ya itulah yang terjadi ketika lebaran tahun kemarin.
"Mah, alhamdulillah hari ini kita masih bisa makan nasi, walaupun lauknya garam," iya nak, alhamdulillah" sela ibuku, sambil mengunyah. "Mah, kenapa mama baru cerita, kalau Abah (ayah) meninggal ketika aku masih di dalam perut mama?" maafkan mama ya nak!", mama sengaja ceritanya baru hari ini, mama tidak ingin kamu sedih, hari ini mama lihat kamu sudah lebih dewasa, insya Allah sekarang kamu sudah lebih siapkan menerima kenyataan ini?" lanjut Ibu sembari menyeka air matanya. "Aku minta maaf ya mah!" maafkan aku maaah....", seketika isak tangispun pecah dalam suasana santai di ruang dapur, pada 28 tahun silam.
Tak terasa sudah hampir satu jam ku terpaku di samping nisan almarhumah ibuku sembari berdo’a tak terasa air mata kembali menganak sungai. Aku berusaha tetap tegar, karena aku juga sadar akan kembali ke pangkuan Ilahi, "Ya Allah betapa cepatnya waktu berlalu!"
Tak terasa, seiring berjalannya waktu generasi baru terus bertumbuh, rasa-rasanya peristiwa itu baru kemarin, masih segar dalam ingatanku ketika masa anak-anak, betapa riangnya bermain seolah tak kenal waktu. Kini tak terasa sudah menjadi ayahnya anak-anak.
Dan hari renungan itu menyentakkan, untuk terus berbenah, betapa kalau dipikirkan, apalah arti hidup kalau tidak memberi manfaat berupa kebaikan bagi orang lain, aku sangat sadar masih sedikit pengorbanan yang kuberikan buat agama ini, sementara pekerjaan untuk mendidik generasi juga perlu terus mendapat perhatian, dan masih banyak amanah umat yang juga butuh dijalankan, sementara roda zaman terus berputar, sadarlah bahwa kita hidup dipenghujung zaman yang artinya dunia sudah mau berakhir, masya Allah....
"Nasi telah menjadi bubur" itulah peribahasa yang paling sering kita dengar, haruskah kita terus menyesalinya, mau sampai kapan?, menyesali diri tanpa disertai perbaikan pun bukanlah solusi.
"Nasi telah menjadi bubur" itulah peribahasa yang paling sering kita dengar, haruskah kita terus menyesalinya, mau sampai kapan?, menyesali diri tanpa disertai perbaikan pun bukanlah solusi.
Oleh karenanya sangat wajar jika dari sejak awal Allah berwasiat kepada kita, "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”(Q.S.Al ‘Ashr: 1-3).
Allah Maha sangat mengetahui tentang diri kita. Allah, Maha Tahu resep hidup yang tepat bagi diri kita. Bahkan Allah Maha Sayang kepada kita, sehingga kita diberi kebebasan untuk memilih jalan yang kita suka. Ya manusia bisa berbuat apa saja yang dia suka, namun pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkan apa saja yang telah diperbuat.
Allah tunjukkan kepada kita dua jalan-Nya. Yaitu jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan, “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.Q.S. Asy Syams : 8-10)
Juga, Allah telah tunjukkan kepada kita jalan kebajikan dan kejahatan, “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan : ialah jalan kebajikan dan kejahatan”. (Q.S. Al Balad : 10).
Kita tinggal memilih. Pilih selamat dan mendapat surga, atau pilih yang lainnya. Karenanya Allah SWT berfirman “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thogut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S.Al Baqoroh : 256).
Sahabat, selagi masih ada kesempatan untuk berbuat, marilah kita gunakan sisa usia kita sebaik-baiknya, tuk menghimpun bekal menghadap Sang Pencipta. Agar kita tak menyesal di kemudian hari, karena telah menggunakan masa muda untuk mengerjakan hal yang sia-sia.
Kita azzamkan dalam hati kita Sabda Rasululloh SAW. “Gunakan waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, gunakan waktu mudamu sebelum tuamu, gunakan waktu kayamu sebelum datang miskinmu, gunakan waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan gunakan waktu hidupmu sebelum datang ajalmu”.
Sungguh amat merugi bila kita gunakan waktu ini untuk sebuah kesia-siaan. Karena melakukan sebuah amal saleh pun kita harus berhitung dengan cermat. Jangan-jangan diantara amal saleh kita ada terselip perasaan ria, jangan-jangan diantara amal saleh kita ada asa untuk memperoleh pujian, jangan-jangan diantara amal saleh kita ada pamrih yang tak terkatakan. Astaghfirulloohal ‘adziim, na’udzu billahi min dzaalik. Semoga kita terlindung dari semua itu.
Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya, “Katakanlah; “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baikanya" (Q.S. Al Kahfi : 103-104).
Terakhir, marilah kita resapi firman Allah ini agar kita selalu ingat: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”. ( Q.S. Al Hasyr : 18-19).
Semoga Allah berkenan untuk senantiasa melindungi kita dari kesia-siaan, dan menetapkan petunjuk-Nya atas diri kita. Wallahu a’lam bishawwab.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Begitu Cepatnya Waktu Berlalu
Ditulis oleh ARPAN NEWS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://arpannews.blogspot.com/2012/11/begitu-cepatnya-waktu-berlalu.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh ARPAN NEWS
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan kalau ada yang mau memberi masukan,komentar yang sopan kami hargai