Politik dan Praktek Perdukunan
0
komentar
Olh: Nur Rivan
Kondisi perpolitikan di Indonesia
semakin menghangat mengingat para petarung politik sedang
bersiap-siap untuk dipilih atau tersisih. Pemilu dengan system terbuka yang
akan dihelat dalam waktu dekat ini sudah cukup member peluang besar bagi pemilik modal untuk menjadi“politisi”. Berbagai cara ditempuh oleh para caleg
untuk terpilih menjadi anggota dewan,mulai dengan cara unik seperti mengamen
sampai mendatangi dukun. Langkah para calegitu semuanya merupakan bagian dari
terapi politik masing-masingdengan tujuan menarik simpati masyarakat dan membuat
lawan politikharus berpikir panjang dalam perebutan suara di ajang pemilu nanti.
Praktek perdukunan dirasa menjadi
jalan pintas oleh sebagian caleg untuk mensukseskan mimpi menjadi seorang
anggota dewan. Berita tentang adanya dukun seorang caleg yang tewas saat
melakukan ritual di Gua Langse, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul
menambah daftar suram perpolitikan Indonesia. Calon wakil rakyat yang diharapkan
menjadi panutan masyarakat ternyata menempuh cara kotor yang tidak selayaknya
dilakukan. Entah yang diinginkan adalah untuk menambah kharisma ataukah upaya magis
untuk menjatuhkan lawan politik, kita tidak tahu. Yang jelas, cara seperti ini
sangat tidak fair dan tidak ilmiah.
Lebih jauh, untuk meramaikan pesta
politik 5 tahunan ini, dunia ramal meramal menjadi laris. Ramalan yang bersifat
ilmiah yang didasarkan survey LSM hingga ramalan yang irrasional berupa
astrologi nampaknya banyak diminati oleh masyarakat sekedar hanya ingin
mengetahui siapakah yang akan tampil sebagai “pemenang” sampai untuk menambah kepercayaan
diri dari caleg dalam melangkahkan kakinya di panggung pemilu.
Ada pendapat bahwa bintang dapat mempengaruhi pola hidup dan nasib manusia. Pendapat ini perlu ditinjau ulang karena sangat tidak masuk akal dan berseberangan dengan ilmu astronomi kecuali
hanya dalam batasan-batasan tertentu yang dapat diterima secara ilmiah gravitasi
bulan dapat berpengaruh terhadap pasang surut lautan.
Sangat tidak logis
apabila dengan dasar teori astrologi, nasib dan peruntungan seseorang dapat diukur dari posisi bintang pada tanggal lahirnya. Apabila ada
dua orang atau lebih yang dilahirkan pada hari, tanggal dan bulan yang sama, apakah akan mempunyai peruntungan yang sama juga? padahal, nyatanya tidak ada seorangpun mempunyai nasib yang sama persis dengan yang
lain.
Praktisnya, rakyat harus cerdas dalam menentukan pilihan.
Caleg yang mempunyai latar belakang yang baik serta punya kiprah yang
bermanfaat bagi masyarakatlah yang
berhak untuk menduduki kursi wakil rakyat. Memilih adalah hak hati nurani
rakyat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Caleg yang mendatangi
dukun seolah memaksakan diri dan orang lain untuk memilih dirinya. Tentunya
justru caleg model seperti ini tidak layak untuk dipilih.
Penulis adalah Mahasiswa S2 pasca sarjana IAIN Walisongo Semarang Jurusan Ilmu Falaq. Kader Ulama Kementrian RI.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Politik dan Praktek Perdukunan
Ditulis oleh ARPAN NEWS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://arpannews.blogspot.com/2014/04/politik-dan-praktek-perdukunan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh ARPAN NEWS
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan kalau ada yang mau memberi masukan,komentar yang sopan kami hargai